28 Mei 2009

Dosa-Dosa Besar

Islam menghendaki umatnya selamat di dunia dan akhirat. Karena itu, Islam telah memberikan rambu-rambu bagi kita dalam mengarungi kehidupan ini agar tercipta kehidupan yang damai dan harmonis. Karena itu, perlu dihindari hal-hal yang dapat merusak tatanan kehidupan yang baik tersebut. Salah satu hal yang dapat merusak tatanan kehidupan adalah perbuatan dosa besar. Perbuatan dosa besar bukan hanya menimbulkan dampak buruk bagi pelakunya tapi juga bagi orang lain dan masyarakat.
Kali ini kita akan belajar tentang dosa-dosa besar. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kita mampu menghindarkan diri dari perbuatan dosa besar.

A.Pengertian Dosa Besar
Dosa besar, dalam literatur Islam, dikenal dengan istilah “Al Kabair”, yang berarti dosa-dosa besar. Sedangkan menurut istilah, dosa besar adalah apa-apa yang dilarang Allah swt. dan rasul-Nya dalam Al Quran dan Sunah, yang dapat menimbulkan dampak negatif yang besar bagi pelakunya di dunia dan akhirat.
Perbuatan dosa diibaratkan oleh Nabi seperti titik hitam yang menempel pada hati. Jika seseorang terus-menerus berbuat dosa, maka semakin lama titik hitam itu akan menutupi hatinya. Jika hatinya telah tertutup, maka sangat sulit untuk menerima kebenaran. Dalam hal ini, sebuah dosa besar yang dilakukan akan menimbulkan titik hitam yang besar pada hati.
Perbuatan dosa besar bukan hanya menimbulkan dampak negatif bagi pelakunya, tapi juga bagi orang lain atau masyarakat. Misalnya, perbuatan membunuh jelas menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Hal ini jika tidak tertangani dengan baik, sangat berpotensi menimbulkan dendam dari anggota keluarga korban, sehingga timbullah bunuh-membunuh di antara dua keluarga, yang bukan tidak mungkin berlanjut ke tingkat kampung dan seterusnya.
Praktek riba dapat menghancurkan ekonomi umat dan menimbulkan ketimpangan sosial. Orang yang kaya akan makin senang dan orang miskin akan semaskin sengsara, ibarat pribahasa “gunung diurug, sumur digali”. Orang kecil yang berhutang dengan sistem ribawi, sangat berpotensi akan terlilit oleh hutang yang semakin membengkak akibat bunganya.
Perbuatan zina dapat merusak rumah tangga seseorang, tidak jelasnya nasab atau garis keturunan seorang anak, dan menyebabkan tersebarnya penyakit menular seksual yang dapat merenggut nyawa seseorang, seperti AIDS dan herpes simplex II.
Karena itu, sangat pantas bila Islam memberi perhatian yang besar terhadap perbuatan dosa besar, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan darinya. Maka Islam menegaskan bahwa seseorang yang melakukan dosa besar bukan hanya akan mendapatkan hukuman di dunia tapi di akhirat kelak juga akan mendapat azab yang pedih.

B.Macam-macam Dosa Besar
Dosa-dosa besar dalam pandangan Islam banyak sekali macam atau contohnya, di antaranya adalah yang dijelaskan dalam hadis-hadis berikut ini:
“Nabi saw. bersabda, jauhilah oleh kamu tujuh dosa besar, yaitu menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah tanpa alasan yang dapat dibenarkan, memakan harta anak yatim secara zalim, memakan harta riba, lari dari medan perang, menuduh berzina wanita muslim yang baik-baik (qazaf).” (HR Bukhari dan Muslim)
“Maukah aku beritahukan kamu tiga dosa yang sangat besar?” Mereka (sahabat) menjawab, “Tentu ya Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, dan perkataan dusta atau bersaksi palsu.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, “Apakah dosa yang besar di sisi Allah?” Nabi bersabda, “Kamu menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah (syirik) padahal Dia yang telah menciptakan kamu.” orang itu bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Jawab Nabi, “Kamu membunuh anakmu karena takut ia makan bersamamu.” Kemudian apa lagi? Jawab Nabi, “Kamu berzina dengan tetanggamu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Masih banyak lagi hadis-hadis lain yang menjelaskan tentang macam-macam dosa besar. Dalam hal ini, akan dibahas beberapa dosa besar sebagaimana tercantum dalam hadis di atas.

1.Syirik
Syirik, secara bahasa berasal dari fi’il (kata kerja) “syaraka” yang berarti menyekutukan. Sedangkan menurut istilah, syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain atau menyembah kepada selain Allah.
Syirik adalah dosa yang paling besar. Barangsiapa yang berbuat syirik kemudian mati dalam kemusyrikannya itu, maka ia akan menjadi penghuni neraka selamanya. Syirik terbagi dua, yaitu:

a.Syirik besar (syirik akbar)
Syirik besar adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain atau menyembah kepada selain Allah, seperti menyembah matahari, pohon, dan sebagainya. Dalam hal ini, Allah swt. berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An Nisa: 48)
Diayat lain djelaskan:
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS Al Maidah: 72)

b.Syirik kecil (syirik asgar)
Syirik kecil adalah perbuatan riya dalam beribadah, yaitu melaksanakan ibadah bukan karena Allah tapi karena mengharap pujian dan penghargaan dari orang lain.
Contohnya, seorang siswa yang bersedekah kepada pengemis karena ingin dipuji oleh gurunya ketika berpapasan di jalan, yang seandainya tidak ada gurunya tersebut, ia tidak akan bersedekah.
Dalam hal ini, Allah swt. berfirman,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (QS Al Kahfi: 110)

Rasulullah saw. bersabda,
“Berhati-hatilah dengan syirik kecil, mereka (sahabat) bertanya, “Ya Rasulullah apakah syirik kecil itu?” Rasulullah menjawab, “riya.” (HR Ahmad dan Thabrani)
Contoh lain dari syirik kecil adalah bersumpah dengan nama selain Allah, seperti bersumpah dengan nama nabi, wali, dan sebagainya.
Rasulullah saw. bersabda,
“Dan barang siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka dia telah kafir atau musyrik.” (HR Tirmizi)
Tujuan dari bersumpah adalah untuk menguatkan bahwa apa yang dikatakannya adalah benar, karenanya dalam sumpah menyertakan Dzat Yang Maha Agung. Dan hanya Allah-lah Yang Maha Agung. Karena itu, bersumpah dengan nama selain Allah secara tidak langsung menganggap ada yang lebih agung dari Allah, maka ini jelas merupakan bentuk kemusyrikan. Selain itu, mengapa kita hanya boleh bersumpah dengan nama Allah? dalam Islam, sumpah bukanlah sesuatu yang main-main. Bagi orang yang melanggar sumpah, maka ia harus bertobat dan membayar kafarat.
2.Durhaka kepada Orang tua
Orang yang paling berjasa dalam kehidupan kita adalah kedua orang tua kita, terutama ibu. Ibu telah mengandung kita selama sembilan bulan dengan susah payah, bergerak tidak leluasa, berjalan terasa berat karena menahan beban perutnya, dan sebagainya. Al Quran menggambarkannya dengan istilah “wahnan ‘ala wahnin” (lemah yang bertambah lemah). Kemudian Ibu harus meregang nyawa ketika melahirkan kita. Tidak cukup sampai di situ, Ibu juga menyusui kita selama 2 tahun, merawat, dan mendidik kita dengan penuh kasih sayang hingga kita dewasa.
Ayah adalah orang kedua yang paling berjasa dalam hidup kita. Beliaulah yang menafkahi kita sejak kita masih dalam kandungan Ibu. Ayah bekerja keras mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita, mulai dari makan, pakaian, biaya kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Maka, sangat pantas jika Al Quran menyuruh kita untuk berbakti kepada kedua orang tua.
Firman Allah swt.:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al Isra: 23)
Bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka azab Allah telah menantinya. Dalam hal ini, Rasulullah mengingatkan,
“Keridaan Allah berada pada keridaan orang tua, dan murka Allah berada pada murka orang tua.” (HR Tirmizi)
Kita bisa belajar banyak dari kisah Alqamah yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Ketika sakaratul maut, Alqamah sama sekali tidak bisa menggerakan mulutnya untuk mengucapkan kalimat tahlil (la ilaha illallah) dan ia mengalami sakaratul maut yang sulit, karena ibunya tidak meridainya. Sampai-sampai Rasulullah sendiri yang menyelesaikan masalah ini. Dengan upaya yang bijak dari Rasul, akhirnya sang Ibu mau meridai Alqamah sehingga Alqamah meninggal dengan tenang.

3.Membunuh
Membunuh adalah perbuatan menghilangkan nyawa manusia baik dengan menggunakan alat atau media, seperti senjata tajam, senjata api, meracun, maupun tanpa menggunakan alat, yaitu dengan menggunakan tangan kosong.
Membunuh jiwa manusia terlebih lagi seorang muslim tanpa alasan yang benar adalah sebuah dosa yang sangat besar. Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara karena itu haram darahnya (membunuhnya) dan hartanya (mencurinya).
Allah swt. memperingatkan kita dengan firman-Nya:
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknaktnya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS An Nisa: 93)
Perbuatan membunuh akan menimbulkan dampak buruk yang sangat besar jika tidak tertangani dengan baik. Jika anggota keluarga korban merasa tidak mendapat keadilan, maka sangat berpotensi melahirkan dendam kesumat. Karena itu, dalam hukum pidana Islam, bagi pelaku pembunuhan yang disengaja, maka hukumannya adalah qisas (dibunuh lagi), kecuali bila ia dimaafkan oleh keluarga korban, maka ia wajib membayar diyat (denda) sebanyak 100 ekor unta sesuai ketentuan hukum Islam. Jika kita rupiahkan, maka 100 ekor unta sama dengan sekitar Rp. 1 milyar rupiah.
Dalam kehidupan ini, mungkin kita memiliki masalah dengan orang lain. Tapi bukan jalan yang tepat jika diselesaikan dengan menghilangkan nyawa seseorang, apalagi jika hanya karena masalah yang kecil. Dalam hal ini, Rasulullah saw. mengingatkan,
“Membunuh jiwa seorang mukmin lebih besar (dosanya) di sisi Allah dari seluruh kekayaan dunia.” (HR Nasai dan Baihaqi)
Kita tentu bisa membayangkan betapa banyak dan besarnya jumlah kekayaan (harta) yang ada di dunia ini jika semuanya dijumlahkan, dosa membunuh lebih besar lagi (dosanya) dari seluruh jumlah harta yang ada di dunia ini.

4.Memakan harta anak yatim secara zalim
Memakan harta anak yatim secara zalim adalah salah satu bentuk dosa besar. Orang-orang yang diamanahi memelihara anak yatim dan hartanya haruslah melaksanakan amanah tersebut dengan baik. Ia harus menjaga diri dari memakan harta tersebut secara zalim.
Termasuk dalam pengertian memakan adalah menghilangkan, merampas, memusnahkan, merusak, dan sebagainya, yang intinya menyebabkan hilangnya atau berkurangnya harta anak yatim. Para pelakunya diancam oleh Allah dengan api neraka, firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS An Nisa: 10)
Namun ada pengecualian, bila orang yang memlihara anak yatim tersebut adalah orang yang fakir, maka ia dibolehkan makan dari harta anak yatim tersebut sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang baik. Atau karena ada kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi, maka boleh menggunakan harta anak yatim lebih dulu, tetapi dikemudian hari harus dibayar atau diganti ketika sudah dalam keadaan lapang kembali.
Firman Allah swt.,
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).” (QS An Nisa: 6)
Namun demikian, yang lebih baik adalah orang yang diamanahi memeihara anak yatim harus giat bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga tidak mengambilnya dari harta anak yatim. Dalam hal ini, juga perlu diperhatikan agar pemeliharaan anak yatim dan hartanya diserahkan kepada orang yang tepat, baik secara ekonomi maupun agamanya.

5. Memakan harta riba
Riba, secara bahasa berarti nilai tambah. Sedangkan menurut istilah, riba dalah nilai tambah yang diharamkan dalam transaksi tukar-menukar barang atau hutang-piutang karena melanggar aturan syai’at dalam urusan mu’ammlah. Dalam praktek riba, terjadi ketidakadilan, yaitu si penghutang atau peminjam sangat dirugikan oleh bunganya, sementara si pemberi hutang atau pinjaman berpotensi menarik keuntungan yang sebesar-besarnya.
Contohnya, Pak Andi meminjam uang kepada Pak Amir sebesar Rp. 2 juta rupiah untuk keperluan berobat anaknya. Pak Amir bersedia memberikan pinjaman asalkan ketika Pak Andi membayar hutangnya ditambahkan dengan bunganya sebesar 10%. Jika Pak Andi telat membayar hutangnya ketika jatuh tempo, maka bunga tersebut akan terus ditambahkan dalam jumlah keseluruhan hutang Pak Andi. Demikian seterusnya hingga hutang yang semula hanya Rp. 2 juta bisa bertambah dan berlipat karena bunganya.
Tambahan dari pembayaran hutang tersebut (bunga) yang telah ditentukan sebelumnya itulah yang dinilai sebagai riba. Memakan harta semacam itu sama dengan memakan bara api dalam perutnya.
Allah swt. memperingatkan,
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah: 275)
Rasulullah saw. kembali menegaskan:
“Dari Jabir, katanya, Rasulullah saw. melaknat orang yang memakan harta riba, yang memberinya, penulisnya, dan kedua orang yang menyaksikannya. Sabdanya, “Mereka itu (orang yang langsung memakannya maupun yang mejadi perantaranya), adalah sama.” (HR Muslim)
Islam menghendaki terwujudnya kegiatan perekonomian yang adil, sehat, dan bersih. Karena itu, Islam mengharamkan riba dan menggolongkannya ke dalam dosa besar.

6.Berzina
Zina adalah perbuatan yang sangat keji. Perbuatan zina merusak tata kehidupan masyarakat. Perbuatan zina menyebabkan tidak jelasnya garis keturunan atau nasab seorang anak. Dampak negatif dari zina ini luar biasa, bukan hanya bagi pelakunya tapi juga melibatkan orang lain.
Ironisnya, angka hubungan seksual di luar nikah (perzinahan) di negeri ini semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini tercermin dari angka kehamilan yang tidak diinginkan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi sebagiannya dilakukan oleh remaja.
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) punya data akurat. Dari 37 ribu perempuan yang mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), sebanyak 30 persennya adalah remaja. Tak sedikit dari mereka memilih aborsi sebagai jalan terakhir. Berdasarkan data itu, ada 12,5 persen dari remaja yang hamil di luar nikah yang menggugurkan kandungannya. “Itu hanya yang terdata saja. Yang tak terdata tentu sangat banyak sekali,” tutur Dr. Ramona Sari, kepala Divisi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi PKBI.
Asosiasi Seksologi Indonesia malah memiliki data yang lebih mengejutkan lagi. Menurut lembaga ini, sekitar 60 persen aborsi yang terjadi di Indonesia dilakukan remaja. Kata seksolog dan androlog, Prof. dr. Wimpie Pangkahila, di Indonesia ada 2,5 juta aborsi dan 1,5 juta di antaranya adalah aborsi yang dilakukan remaja. Kondisi tersebut dinilainya sudah sangat memprihatinkan.
Hal ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia. Orang lainpun dilibatkan, misalnya dokter atau bidan yang membuat mereka melawan hati nuraninya dan juga melanggar kode etik kedokteran maupun sumpah jabatan. Kesalahan dua orang mengakibatkan orang-orang profesional menjadi “pembunuh bayaran”.
Belum lagi, ditambah dengan bayi-bayi yang dibuang karena kelahiran yang tak diinginkan. Hal ini tentu membuat kita terenyuh dan prihatin, betapa tidak berharganya nyawa manusia dimata orang-orang yang menyalahgunakan hubungan seks. Kelahiran yang tidak diinginkan telah membuat seorang ibu menjadi pembunuh bagian dari tubuhnya sendiri. Rentetan dampak buruk dari perbuatan zina akan sangat panjang jika harus diuraikan.
Karena itu, sangat pantas jika Islam menggolongkan perbuatan zina ke dalam dosa besar.
Allah swt. berfirman,
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra: 32)
Bagi pelaku perbuatan zina bukan hanya diancam dengan hukuman di dunia tapi juga di akhirat. Dalam konteks hukum pidana Islam, bagi pelaku zina yang belum menikah, maka dihukum dengan 80 kali dera dan diasingkan. Sedangkan bagi pelaku zina yang sudah menikah, maka hukumannya adalah dirajam sampai mati.

7.Meminum-minuman keras
Salah satu hal yang sangat dipelihara oleh Islam adalah akal fikiran. Memelihara akal (hifzul aqli) termasuk ke dalam umuru dararain (hal-hal pokok yang dipelihara), yaitu:
1.Hifzud din (memelihara agama), karena itu Islam melarang berbuat syirik dan murtad.
2.Hifzun nafs (memelihara jiwa), karena itu Islam melarang membunuh jiwa manusia.
3.Hifzul aqli (memelihara akal), karena itu Islam melarang minum-minuman yang memabukkan.
4.Hifzun nasl (memelihara keturunan), karena itu Islam melarang zina.
5.Hifzul mal (memelihara harta), kerena itu Islam melarang mencuri, merampok, dan sebagainya.
Meminum minuman keras yang memabukkan dapat merusak akal pikiran. Seseorang yang mabuk, maka ia tidak dapat lagi mengendalikan diri, perkataan, dan perbuatannya karena akalnya sedang tidak berfungsi. Maka tidak heran seringkali orang yang mabuk berlanjut melakukan tindakan kejahatan, seperti mencuri, memperkosa, dan sebagainya. Paling rendah ribu dengan orang lain dan berbuat onar atau kerusakan.
Dalam hal ini, mari kita perhatikan nadis Nabi berikut ini:
“Jauhilah oleh kamu khamer, karena sesunguhnya khamer itu biangnya kejelekan (kejahatan).” (HR Hakim)
Oleh karena itu, Islam dengan tegas melarang meminum minuman keras atau jenis lainnya yang memabukkan, seperti ganja, sabu-sabu, heroin, dan jenis narkoba lainnya.
Allah swt. berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS Al Maidah: 90)

C.Menghindari Perbuatan Dosa Besar
Pada bagian yang lalu kita telah belajar tentang contoh-contoh perbuatan dosa besar. Dari situ kita mengetahui betapa buruk akibat yang ditimbulkan dari perbuatan dosa besar tersebut baik di dunia terlebih di akhirat. Karena itu, sudah semestinya kita menghindari semua perbuatan dosa besar tersebut agar kita terhindar dari kehinaan di dunia dan akhirat.
Allah swt. menjamin bagi siapa saja yang menghindari perbuatan dosa besar dan apa-apa yang diharamkan oleh-Nya, maka akan dihapuskan segala dosa dan kesalahannya yang kecil.
Firman Allah swt.:
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS An Nisa: 31)
Ayat di atas mestinya memotivasi diri kita agar selalu berusaha seoptimal mungkin untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan dosa besar. Setiap perbuatan dosa yang kita lakukan sudah pasti akan mendatangkan keburukan bagi diri kita. Setiap manusia tentu menyayangi dirinya, maka mestinya setiap manusia selalu berusaha menjauhkan diri dari perbautan dosa besar.
Upaya yang dapat kita lakukan agar terhindar dari perbuatan dosa apalagi dosa besar adalah sebagai berikut:

1.Senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah swt. dengan beribadah secara benar dan istiqamah.
Ibadah yang kita lakukan dengan benar dan istiqamah akan menghidarkan diri kita dari kemaksiatan dan dosa. Misalnya, ibadah salat. Ketika kita salat, mulut kita hanya mengucapkan yang baik-baik, seperti takbir, tahmid, tasbih, dan sebagainya. Karena itu, bagi orang yang betul-betul mendirikan salat, maka ia akan mampu mengendalikan lisannya dari perkataan yang jelek, karena ia mengaplikasikan nilai-nilai salat dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, benarlah bahwa fungsi salat adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah swt:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS. Al-Ankabut: 45).
Dalam hal ini, salat tidak hanya sekedar rutinitas ritual tapi juga sebagai media pembentukan pribadi yang mulia. Begitu juga ibadah-ibadah lainnya, seperti puasa mengajarkan kita agar bisa mengendalikan nafsu syahwat.

2.Senantiasa menuntut ilmu.
Seringkali seseorang melakukan dosa besar karena ia tidak tahu akan dampak buruk yang ditimbulkan dari perbuatan dosa tersebut dan manfaat yang akan diraih jika meningalkan perbuatan dosa tersebut. Karena itu, kita harus selalu menuntut ilmu. Dengan ilmu kita dapat mengetahui apa-apa yang dilarang oleh Allah dan dampak buruk yang ditimbulkan darinya, sehingga kita bisa menghindarinya. Ilmu akan menuntun kita melangkah ke jalan yang diridhai Allah swt.

3.Menutup pintu-pintu kemaksiatan.
Selain dua upaya di atas, agar kita terhindar dari perbuatan dosa, maka kita juga harus menutup rapat-rapat pintu dan celah kemaksiatan. Kita harus ingat bahwa setan itu sangat licik dan kreatif untuk menjerumuskan manusia pada jurang dosa dan lembah kemaksiatan. Misalnya, jangan sekali-kali mencoba menonton VCD/DVD porno atau mengakses situs-situs porno, karena itu adalah jelas-jelas pintu kemaksiatan. Tontonan seperti itu akan membuat pikiran seseorang menjadi kotor, yang berakibat ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Akhirnya ia melakukan perbuatan dosa besar, seperti zina atau memperkosa. Sebuah acara berita kriminal di salah satu stasiun TV swasta pernah memberitakan seorang kakak yang memperkosa adiknya karena tidak kuat menahan libidonya setelah menonton VCD porno. Nauzubillah min zalik.

Swine Flu Update 40

Laboratory-confirmed cases of new influenza A(H1N1) as officially reported to WHO by States Parties to the International Health Regulations (2005)

Country Cumulative total
Newly confirmed since the last reporting period
Cases Deaths Cases Deaths
Argentina 19 0 14 0
Australia 39 0 20 0
Austria 1 0 0 0
Bahrain 1 0 1 0
Belgium 7 0 0 0
Brazil 9 0 0 0
Canada 921 1 0 0
Chile 86 0 12 0
China 22 0 2 0
Colombia 16 0 0 0
Costa Rica 33 1 0 0
Cuba 4 0 0 0
Denmark 1 0 0 0
Ecuador 28 0 4 0
El Salvador 11 0 5 0
Finland 2 0 0 0
France 16 0 0 0
Germany 17 0 0 0
Greece 1 0 0 0
Guatemala 5 0 1 0
Honduras 1 0 0 0
Iceland 1 0 0 0
India 1 0 0 0
Ireland 1 0 0 0
Israel 9 0 1 0
Italy 23 0 4 0
Japan 360 0 10 0
Korea, Republic of 21 0 0 0
Kuwait 18 0 0 0
Malaysia 2 0 0 0
Mexico 4541 83 367 3
Netherlands 3 0 0 0
New Zealand 9 0 0 0
Norway 4 0 0 0
Panama 76 0 0 0
Peru 27 0 0 0
Philippines 2 0 0 0
Poland 3 0 0 0
Portugal 1 0 0 0
Russia 2 0 0 0
Singapore 1 0 1 0
Spain 138 0 2 0
Sweden 3 0 0 0
Switzerland 3 0 0 0
Thailand 2 0 0 0
Turkey 2 0 0 0
United Kingdom 137 0 0 0
United States of America 6764 10 0 0
Grand Total 13398 95 444 3

Chinese Taipei has reported 4 confirmed cases of influenza A (H1N1) with 0 deaths. Cases from Chinese Taipei are included in the cumulative totals provided in the table above.

Cumulative and new figures are subject to revision

05 Mei 2009

Swine influenza - update 3


27 April 2009 -- The current situation regarding the outbreak of swine influenza A(H1N1) is evolving rapidly. As of 27 April 2009, the United States Government has reported 40 laboratory confirmed human cases of swine influenza A(H1N1), with no deaths. Mexico has reported 26 confirmed human cases of infection with the same virus, including seven deaths. Canada has reported six cases, with no deaths, while Spain has reported one case, with no deaths.

Further information on the situation will be available on the WHO website on a regular basis.

WHO advises no restriction of regular travel or closure of borders. It is considered prudent for people who are ill to delay international travel and for people developing symptoms following international travel to seek medical attention, in line with guidance from national authorities.

There is also no risk of infection from this virus from consumption of well-cooked pork and pork products. Individuals are advised to wash hands thoroughly with soap and water on a regular basis and should seek medical attention if they develop any symptoms of influenza-like illness.(WHO)

Kedudukan Ibu dalam Islam

Kedudukan Ibu dalam Islam

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada duai ibu bapakmu; hanya kepada-Ku engkau akan kembali. (QS. 31:14-15)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah!" - Jangan pula engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku! Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku semenjak kecil." (QS 17:23-24)

Sorga terletak di bawah telapak kaki ibu. (Hadits Nabi Muhammad SAW)

Memandang dengan kasih sayang dan ramah tamah kepada ibu dan ayah, adalah ibadah. (Hadits Nabi SAW)

Keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan-Nya juga terletak pada kemurkaan mereka. (Hadits Nabi SAW)

Apabila engkau ingin Allah memanjangkan umurmu, maka bahagiakanlah kedua orang tuamu. (Imam Ja'far Shadiq AS)


Ibu ... betapa indah dan sucinya kata ini. Kata yang membawa wanginya keramahan dan cinta kasih ke dalam jiwa, dan membuat kita merasakan kehangatan dan kemurniannya.

Dunia Barat sekarang baru menemukan nilai mulia Ibu, sedangkan umat Islam telah berabad-abad mempercayai kedudukannya yang mulia berdasarkan ajaran Ilahi melalui Islam. Islam percaya pada nilai ibu yang luar biasa, dan telah menarik perhatian manusia melalui berbagai ungkapan dan pernyataan. Bahkan Islam menganggap bahwa mencapai tahap akhir kesempurnaan, yakni sorga, tergantung pada kerelaan Ibu. Nabi Muhammad saw bersabda, "Sorga terletak di bawah telapak kaki ibu."

Dalam memuliakan kedudukan ibu, Islam tidak membatasi diri pada nasihat, perintah dan anjuran lisan. Tetapi Islam juga memandang perintah dan larangan ibu sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan dalam hal-hal tertentu. Misalnya, dalam perkara yang disunnahkan Allah, tetapi berlawanan dengan larangan ibu, maka anak-anak dinasihati untuk menaati larangan ibu mereka.

Apabila seorang anak ingin berpuasa sunnah, atau melakukan perjalanan yang disunnahkan, tetapi ibunya melarangnya, maka wajiblah bagi si anak untuk menaati ibunya. Apabila anak itu melawan kehendak ibunya, maka bukan saja ia tidak memperoleh pahala karena amalnya itu, melainkan ia justru memperoleh dosa dikarenakan penolakannya untuk menaati ibunya.

Perkara lain dimana perintah ibu dihormati sebanding dengan perintah Allah ialah apabila perintah Allah berlawanan dengan larangan ibu, dengan syarat bahwa perbuatan itu tidak termasuk dalam perintah yang wajib seperti shalat fardhu atau puasa Ramadhan. Misalnya dalam masalah jihad, orang yang mampu berperang harus ikut serta dalam pertempuran. Tetapi apabila seorang muda memenuhi semua persyaratan untuk pergi jihad, kecuali bahwa ibunya tidak mengizinkannya pergi (dengan syarat bahwa keabsenannya tidak membahayakan umat Islam), maka ia boleh untuk tidak ikut dalam peperangan semata-mata karena larangan ibunya.

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Saya muda dan kuat, siap bertindak dan berbakti, dan ingin sekali pergi ke medan jihad untuk kemajuan Islam! Tetapi ibu saya tidak membiarkan saya meninggalkannya untuk pergi berperang." Nabi yang mulia bersabda, "Pergilah tinggal bersama ibumu. Saya bersumpah kepada Tuhan yang memilih saya sebagai Nabi, bahwa pahala yang engkau dapatkan untuk melayaninya meskipun hanya semalam, dan membahagiakannya dengan kehadiranmu, jauh lebih besar dari pahala perang jihad selama satu tahun."

Islam memandang penghormatan kepada orang tua dan pelaksanaan hak-hak mereka sebagai kewajiban manusia terbesar setelah perintah Ilahi. Al-Quran mengatakan dalam hubungan ini, "Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." (QS 31:14) Perlu diperhatikan bahwa di sini Allah Ta'ala, segera setelah menyebut hak-Nya sendiri, menyebutkan hak kedua orang tua.

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Tunjuki saya, kepada siapa saya mesti berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya?" Beliau bersabda, "Berbuat baiklah kepada ibumu." Lelaki itu bertanya dua kali lagi, "Dan sesudah beliau?" Nabi menjawab, "Kepada ibumu." Lelaki itu bertanya, "Kepada orang lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?" Nabi bersabda, "Kepada ayahmu."

Seorang lelaki bertanya kepada Imam Ja'far Shadiq (AS): "Apakah ada nikmat yang diperintahkan Allah dalam al-Quran untuk diperlihatkan kepada orang tua?" Imam menjawab, "Itu berarti bahwa engkau harus bersikap baik dan terpuji dalam pergaulan dengan mereka. Tidak memaksa mereka meminta pertolonganmu di saat perlu, bahkan justru engkau berusaha memenuhi keperluan mereka sebelum mereka memintamu."
Allah berfirman, "Engkau sekali pun tak akan sampai pada kebaktian (yang sempurna), sebelum engkau menafkahkan sebagian harta yang engkau cintai. Dan apa pun yang engkau nafkahkan, maka sungguh Allah mengetahuinya." (QS. 3:92)
"Jika orang tuamu menyebabkan perasaan tidak senang pada dirimu, maka janganlah engkau (membalas dengan) membuat mereka tak senang. Jika mereka memukulmu, engkau tak boleh (membalas dengan) menyakiti mereka. Bahkan engkau mesti mendoakan mereka, dan tidak melemparkan apapun selain pandangan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Suaramu tidak boleh lebih keras dari mereka, dan engkau tidak boleh berjalan mendahului mereka!"

Imam Ahlubait yang ke-4 berpesan, "Adalah hak ibumu agar engkau mengingatnya bahwa ia telah mengandungmu dalam rahimnya selama berbulan-bulan. Memeliharamu dengan sari hidupnya. Mengerahkan semua yang ada padanya untuk memelihara dan melindungimu. Ia tidak mempedulikan rasa laparnya, sedangkan engkau diberinya makan sepuas-puasnya. Ia mengalami rasa haus sementara dahagamu dipuaskan. Ia mungkin tak berpakaian, tapi engkau diberinya baju yang baik-baik. Ia mungkin berdiri di panas terik matahari, sementara engkau berteduh. Ia meninggalkan tidurnya yang enak demi tidurmu yang pulas. Ia melindungimu dari panas dan dingin. Ia menanggung semua kesusahan itu demi engkau! Maka engkau layak untuk mengetahui bahwa engkau tak akan mampu bersyukur kepada ibumu secara pantas, kecuali Allah menolongmu dan memberikan keridhaan untuk membalas budinya."

Hak-hak istimewa yang diberikan Islam bagi seorang ibu, adalah karena susah payah yang telah ditanggungnya dalam mengembangkan kehidupan rohani dan jasmani anak-anaknya. Sehingga hanya para ibu yang melaksanakan tugas keibuannya dengan baik, membesarkan dan mendidik anak menjadi bergunalah, yang layak mendapatkan kedudukan dan hak istimewa tersebut. Sedangkan ibu yang justru memilih untuk bersenang-senang, berfoya-foya meninggalkan kewajibannya mengasuh dan mendidik anak, serta membiarkan anaknya di panti asuhan, sesungguhnya telah melakukan kezaliman yang tak termaafkan terhadap anaknya. Oleh karena itu tidaklah pantas ia mengharapkan keutamaan akan hak dan kedudukan Ibu.

Ibu-ibu semacam itu bukan saja merusak kebahagiaan anak-anak mereka, tetapi juga memberi pukulan pada masyarakat disebabkan kegagalan mereka mengambil manfaat dari anak-anaknya. Seorang anak yang tidak belajar dari ajaran cinta kasih ibunda, dan yang emosinya tidak dikembangkan dalam pangkuan ibunda, tidak dapat diharapkan untuk menunjukkan kasih sayang di tahun-tahun berikutnya. Lihatlah betapa pribadi-pribadi besar dunia mendapatkan keberhasilan terutama dari pengaruh ibu. Ibu mereka telah melaksanakan tugas penting dan memainkan peranan yang berhasil dalam membina anak-anaknya.

Jenius besar Islam, almarhum Murtadha Anshari, meratap dengan pedih ketika ibunya meninggal. Sambil berlutut di sisi jenasah ibunya, ia menangis dan mencurahkan air mata. Untuk menghibur dan menyatakan simpatinya, salah seorang muridnya mengatakan, "Tidak pantas engkau yang berkedudukan alim bersikap resah dan mengucurkan air mata, hanya karena kematian seorang perempuan tua." Ulama besar itu mengangkat kepalanya dan menjawab, "Sepertinya engkau belum menyadari kedudukan mulia Ibu. Saya berhutang budi atas kedudukan saya kepada pendidikan yang diberikan Ibu pada saya, dan kerja kerasnya. Ibulah yang meletakkan dasar kemajuan saya, mengantarkan saya pada kedudukan sebagai ulama sekarang ini."

Inilah contoh pengaruh ibu kepada anaknya. Betapa banyak ibu yang usahanya sekarang telah menghasilkan suatu sumbangan besar bagi kemajuan para ilmuwan terkenal dunia.

Thomas Alfa Edison bukan saja gagal menunjukkan bakatnya di masa kanak-kanak, tetapi juga kelihatan sangat bodoh, karena ia mempunyai kepala yang terlalu besar. Keluarga dan kenalannya menganggap ia menderita penyakit kelemahan mental. Pertanyaan-pertanyaan aneh yang sekali-kali ditanyakannya semakin menguatkan anggapan mereka. Bahkan di sekolah, yang hanya dikunjunginya tidak lebih dari tiga bulan, ia dijuluki "si tolol", karena pertanyaan-pertanyaannya yang berulang kali kepada guru.

Pada suatu hari ia pulang ke rumah dengan berlinang air mata, lalu mengadukan kepada ibunya. Sang ibu membimbing tangan putranya kembali ke sekolah. Kepada guru itu, sang ibu berkata: "Anda tidak tahu apa yang Anda katakan. Anak saya lebih cerdas dari Anda! Inilah letak persoalannya. Sekarang saya akan membawanya pulang, akan saya urus sendiri pendidikannya, dan akan saya perlihatkan kepada Anda, bakat apa sebenarnya yang tersimpan padanya!" Semenjak itu, sang ibu memenuhi janjinya untuk mendidik sendiri putranya itu.

Seorang sahabat keluarga Edison menulis berkaitan dengan ini, "Kadang-kadang ketika melewati rumah Edison, saya melihat ibu Edison dan putranya duduk-duduk di ruang depan, sementara sang ibu mengajari anaknya. Tempat itu menjadi ruang kelas dan Edison adalah satu-satunya murid di situ. Isyarat dan gerakan-gerakannya seperti ibunya, ia sangat mencintai ibunya! Ketika ibunya berkata, Edison mendengarkan penuh perhatian seakan-akan perempuan itu lautan ilmu."

Sebagai hasil usaha ibunya, sebelum usia 9 tahun, Edison telah membaca karya-karya besar Gibbon, Hume, Plato dan Humerus! Ibu yang bijaksana dan cerdas itu juga mengajarkan geografi, sejarah, matematika dan akhlak. Edison hanya bersekolah selama tiga bulan, dan semua yang dipelajarinya di masa anak-anak didapat dari ibunya. Ibu itulah guru yang sesungguhnya, karena asuhannya bukan saja bagi pendidikan anaknya, tetapi juga untuk menemukan bakat-bakat yang alami dan mengembangkannya. Kemudian ketika Edison menjadi terkenal, ia berkata:

"Di masa kanak-kanak, saya menyadari betapa bagusnya tokoh seorang Ibu. Ketika guru itu menjuluki saya "tolol", Ibu membela saya. Apabila Ibu tidak mendorong saya, mungkin saya tidak akan menjadi penemu. Menurut Ibu saya, jika orang-orang yang salah jalan setelah dewasa telah mendapatkan pendidikan dan diasuh sebagaimana mestinya, mereka tidak akan menjadi parasit yang tidak berguna dalam masyarakat. Pengalaman yang telah dikumpulkannya sebagai seorang guru telah mengajarkan kepadanya banyak rahasia watak manusia. Sebelumnya saya selalu tak peduli, dan apabila bukan karena perhatian Ibu, kemungkinan besar saya telah menyeleweng dari jalan yang semestinya! Namun ketabahan Ibu dan kebaikannya, merupakan faktor kuat yang menghalangi saya dari penyelewengan dan kesesatan."

Dengan kepribadian, simpati dan usahanya, para ibu dapat meletakkan dasar kehidupan bahagia bagi anak-anaknya dan melatih mereka untuk masa depan. Sedangkan para ibu yang teledor dan mementingkan diri sendiri, dengan tindakan salahnya, justru menyeret anak-anaknya kepada kepedihan dan nestapa.

Islam dengan jelas menyatakan bahwa salah satu penyebab utama penyelewengan anak-anak, adalah penyelewengan orang tua sendiri. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa setiap anak memasuki dunia ini dengan wataknya yang suci, siap menerima tauhid dan kebaikan moral, tetapi orang tuanya justru menyeret anak-anak mereka dengan pendidikan ke arah penyimpangan moral, dan kadang juga membawa ke jurang kekafiran dan syirik. Karena pengaruh orang tua kepada anak-anak yang tak terhindarkan inilah, maka Rasul SAW dan para Imam AS mengajukan banyak saran kepada para orang tua, dan sangat menghargai usaha-usaha mereka.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Hormatilah anak-anakmu. Ajari mereka akhlak yang baik, agar engkau mendapatkan keridhaan Ilahi dan keselamatan."

Beliau SAW bersabda pula, "Jika engkau melatih anak-anakmu berperilaku baik dan memberi pendidikan yang semestinya, maka hal itu lebih baik daripada memberikan sebagian hartamu setiap harinya di jalan Allah."

Hadits lain menyebutkan bahwa: "apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal: 1. Jika ia berbuat amal yang selalu membawa manfaat bagi manusia, 2. Jika ia meninggalkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, 3. Jika ia meninggalkan anak saleh yang mendoakannya."

Apabila orang tua melaksanakan kewajibannya dengan mendidik anak-anaknya dengan semestinya, maka mereka mendapatkan manfaat sepenuhnya dari hak-hak mereka sebagai orang tua, dan mendapatkan keuntungan berupa keturunan yang baik. Di sini Islam menyeru kepada anak-anak dan menyuruh mereka untuk berbuat baik kepada orang tua.

Imam Ja'far Shadiq AS berkata, "Berlaku baik dan sopan kepada orang tua merupakan bukti ketakwaan seseorang. Karena tak ada amal yang disenangi Allah sebagaimana menghormati orang tua."

Nabi SAW bersabda, "Pandangan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dipandang sebagai suatu ibadah."

Imam Muhammad Baqir AS berkata, "Ada empat hal yang kepemilikannya akan memberikan pada pemiliknya rumah di sorga melalui keridhaan-Nya: 1. Mengasuh anak yatim dan memberikan tempat perlindungan kepada mereka, 2. Berkasih sayang kepada yang tua renta dan tak berdaya, 3. Berbaik hati dan berperilaku ramah kepada orang tua, 4. Berhati lembut kepada bawahan dan pelayan."

Islam juga memandang bahwa kebajikan kepada Ibu sebagai suatu jalan yang bermanfaat untuk menghapus dosa seseorang, dan memandang kebaikan kepada Ibu sebagai suatu sarana untuk menyelamatkan dari dosa dan menggapai keridhaan Allah.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW seraya mengeluh, "Wahai Nabi! Saya telah berbuat banyak dosa dalam hidup ini. Saya telah melakukan segala macam perbuatan jahat. Apakah pintu taubat masih terbuka untuk saya? Apakah Allah masih akan menerima taubat saya?" Nabi bertanya, "Apakah orang tuamu masih hidup?" Lelaki itu mengatakan, "Ya. Ayah saya masih hidup!" Nabi lalu berkata, "Maka pergilah kepadanya dan berbuat baiklah kepadanya (agar dosamu diampuni Allah)." Lelaki itu pamit kemudian keluar. Kemudian Nabi bersabda, "Saya berharap ibunya masih hidup!" [Yang beliau maksudkan ialah bahwa apabila ibunya masih hidup untuk menerima kebajikan anaknya, maka dosa-dosanya akan lebih cepat diampuni.]

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Saya dianugerahi Allah seorang anak perempuan. Saya membesarkannya hingga ia dewasa. Suatu hari saya pakaikan baju padanya, saya hiasi dia, lalu saya membawanya ke sebuah sumur dan melemparkannya ke sana! Kata terakhir yang saya dengar diucapkan oleh anak tak berdosa itu adalah, 'Wahai ayahku tersayang!' Sekarang saya bertaubat atas apa yang telah saya lakukan. Bagaimana saya bisa menebus dosa saya? Apa yang harus saya kerjakan untuk menebus dosa itu?" Nabi SAW bertanya, "Apakah ibumu masih hidup?" Lelaki itu menjawab, "Tidak." Nabi bertanya, "Apakah bibimu masih hidup?" Lelaki itu mengatakan, "Ya." Nabi lalu bersabda, "Ia (bibimu) sama dengan Ibu. Pergilah berbuat baik padanya, dengan demikian dosamu akan diampuni!"

Dalam Islam, kemarahan dan ketidakpuasan Ibu dipandang sebagai sarana datangnya bencana dan kehancuran. Dalam beberapa riwayat telah dikatakan secara gamblang bahwa orang yang durhaka terhadap orang tuanya tidak akan pernah mencium bau sorga dan tidak akan mencapai kebahagiaan.

Seorang pemuda di masa Nabi telah jatuh sakit dan terbaring tak berdaya di tempat tidur. Nabi pergi menjenguknya dan mendapatkan ia sakti parah di saat terakhirnya. Nabi berkata padanya, "Akuilah keesaan Allah dan ucapkan kalimat syahadat: Laa ilaaha illallah!" Pemuda yang sakit itu menggagap dan tidak dapat mengucapkan kalimat suci. Nabi bertanya pada seorang perempuan yang hadir, "Apakah ia mempunyai ibu?" Perempuan itu menjawab, "Ya. Saya adalah ibunya." Nabi bertanya lagi, "Apakah engkau tidak rela kepadanya?" Perempuan itu mengiyakan, "Ya. Saya tidak rukun dengan dia selama enam tahun!" Nabi meminta perempuan itu memaafkan kesalahan putranya. Perempuan itu berujar, "Wahai Nabi Allah! Saya akan melakukannya demi engkau." Kemudian Nabi menoleh kepada pemuda itu sambil berkata, "Sekarang ucapkanlah Laa ilaaha illallah." Pemuda itu sekarang dengan lidah yang bebas mengucapkan kalimat suci itu.

Imam Shadiq AS berkata, "Orang yang ingin mengalami kemudahan saat sakaratul maut, hendaklah berbuat kebaikan kepada keluarganya dan memperlakukan ibunya dengan ramah. Sehingga sakaratul maut akan menjadi ringan baginya, dan dalam kehidupan ia tak akan menderita kenistaan."

Suatu hal yang perlu diingat ialah pada tanggal 22 Desember telah dipilih sebagai Hari Ibu, dimana diadakan berbagai acara peringatan, puisi-puisi ditulis, hadiah-hadiah diberikan kepada para ibu oleh anak-anaknya. Tentu saja hal itu bagus, tetapi tidaklah cukup acara-acara dan pemberian hadiah itu sebagai penghargaan terhadap usaha para ibu. Haruslah diusahakan juga untuk memberikan penjelasan kepada para ibu tentang tanggung jawab besar mereka, menyadarkan mereka bahwa pengelolaan suatu keluarga dan pendidikan anak-anak termasuk pekerjaan yang paling penting, dibandingkan dengan pekerjaan apa pun.

Ibu-ibu harus berusaha memberikan kepada masyarakat anak-anak yang terdidik dengan baik dan mengasuh secara khusus keimanan dan keyakinan mereka. Karena pengalaman telah menunjukkan bahwa anak yang tak beriman bukan saja tak berguna, tetapi juga kadang merugikan dan berbahaya. Kita telah sering membaca tentang anak-anak yang memukul ibu atau ayah mereka, bahkan ada yang membunuhnya. Mengapa demikian?

Pengalaman mengatakan pada kita bahwa tak ada alasan lain bagi pelanggaran dan kejahatan semacam itu, selain kekurangan sandaran iman dan dasar kerohanian. Jika para orang tua ingin mendapatkan kemaslahatan dari anak-anaknya di dunia dan di akhirat, mereka harus memberi perhatian penuh kepada urusan keagamaan dan keimanan anak-anak itu, sebagaimana mereka memperhatikan kesehatan dan pendidikan mereka. Anak-anak pun mesti mengetahui kewajiban mereka terhadap orang tuanya, mengingat bahwa kebahagiaan anak yang sebenarnya adalah tergantung pada keridhaan orang tua.

Seorang lelaki bernama Zakaria ibn Ibrahim berkisah :

Dahulu saya seorang Kristen yang kemudian memeluk Islam dan melakukan ibadah haji ke Makkah. Saya beruntung mendapat kehormatan untuk bertemu dengan Imam Shadiq AS dan mengatakan kepadanya bahwa saya baru masuk Islam dari agama Kristen. Imam bertanya: "Keuntungan apa yang engkau dapatkan dari Islam setelah engkau memeluknya?" Saya mengutip ayat al-Quran yang menyatakan: "Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah al-Kitab itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya yang Kami tunjuki dengannya siapa saja yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami (QS. 42:52)"

Imam itu berkata: "Demikianlah Allah memberi petunjuk kepadamu dan menerangi hatimu dengan cahaya-Nya." Kemudian Imam mendoakan saya agar mendapatkan petunjuk yang lebih banyak. Saya ceritakan pada Imam bahwa orang tua dan kerabat saya beragama Kristen, sedang ibu saya buta. Apakah pantas bagi saya untuk tetap hidup bersama mereka dan bercampur gaul? Imam bertanya, "Apakah mereka makan daging babi?" Saya menjawab, "Tidak." Lalu Imam bersabda, "Tidak ada salahnya engkau bercampur gaul dengan mereka," seraya menambahkan, "Rawatlah ibumu dan berbuat baiklah kepadanya. Apabila ia meninggal, engkau sendirilah yang mengurus penguburannya."

Ketika saya kembali dari Makkah dan tiba di Kufah, saya banyak menunjukkan kasih sayang kepada ibu saya sesuai dengan perintah Imam. Saya sendiri yang memberinya makan, mengatur pakaiannya, menyisir rambutnya dan melayaninya dalam berbagai hal. Ketika ibu saya melihat perubahan dalam perilaku saya, beliau berkata: "Anakku, di waktu engkau menganut agama kami, engkau tidak berbuat seperti ini. Apa alasan kasih sayang yang sebesar ini sejak engkau memeluk agama Islam?" Saya menjawab, "Seorang cucu Rasul telah memerintahkan saya untuk berbuat seperti ini." Ibu saya bertanya, "Apakah ia Nabimu?" Saya katakan, "Tidak. Tak ada nabi lain lagi setelah Nabi Muhammad. Ia adalah seorang keturunan Nabi."

Ibu saya berkata, "Perintah ini adalah perintah seluruh nabi-nabi, tetapi agamamu lebih baik dari agama saya. Tunjuki saya untuk masuk Islam." Saya mengajarkannya jalan Islam lalu ibu pun masuk Islam. Ibu melakukan sholat zhuhur, ashar, maghrib dan isya, kemudian ibu jatuh sakit di tengah malam. Saya tinggal di sisi ranjang dan merawatnya. Ibu berkata, "Anakku! Ulangilah untuk saya kalimat syahadat Islam." Saya melakukannya dan ibu mengikutinya, kemudian meninggal di malam itu juga. Keesokan harinya penguburan dilakukan oleh sekelompok Muslim sesuai dengan cara Islam, dan saya menguburkannya dengan tangan saya sendiri.

Meninggalnya seorang ibu merupakan kehilangan yang tak dapat ditebus, akan tetapi tatanan Penciptaan menurut Sunnah Ilahi menetapkan bahwa setiap makhluk pasti akan meninggalkan dunia ini. Manusia harus puas dan menyerah kepada kehendak Ilahi dan takdir-Nya. Namun ada kewajiban tertentu yang harus dilaksanakan anak setelah ibunya meninggal, apabila mereka menghasratkan kebahagiaan mereka sendiri. Dengan kata lain, hak orang tua tidak terhenti dengan kematian mereka, dan hak ini mesti dilaksanakan oleh anak-anak mereka setelah meninggalnya orang tua mereka.

Imam Ahlubayt yang ke-5 berkata, "Seorang anak mungkin berkebajikan kepada orang tuanya selama hidup orang tuanya. Tetapi mungkin ia tidak membalas hutang budinya kepada mereka setelah mereka meninggal, tidak pula berdoa untuk keselamatannya dan melupakannya sama sekali. Dalam hal ini, anak-anak seperti itu akan digolongkan Allah kepada kategori orang yang berperangai jelek terhadap orang tuanya."

Apa yang dapat disimpulkan dari ajaran Islam ini dan dari riwayat-riwayat Islam lainnya ialah bahwa apabila seorang ayah atau ibu terikat hutang, anak-anaknya mesti berusaha membayarkan hutangnya dan mendoakan keselamatannya. Ia harus bersedekah atas nama mereka, memberi makan fakir miskin untuk menyenangkan hati mereka, memperhatikan dan membelai anak yatim, dan melakukan amal baik semacam itu. Pahala amal semacam itu akan diberikan kepada orang tuanya maupun anak-anaknya, dan Allah akan memberkati dan meridhai mereka untuk amal kebajikan dan sedekah itu.


print cetak artikel ini by: Sayyid Muhammad Suhufi

04 Mei 2009

Flu Babi

Akhir-akhir ini kembali marak flu yang terkenal dengan 'Flu Babi' meyusul flu burung yang beberapa tahun ini telah menghebohkan dunia. Flu babi yang disebabkan oleh Virus Influenza Type A sub Type H1N1, yang bersifat zoonosis. telah menyebabkan kematian yang sangat luar bisa pada tahun 1918, menewaskan sekitar 40 juta orang. Saat ini meksiko merupakan negara yang pertama kali melaporkan adanya flu babi yang berjangkit pada babi dan manusia pada awal tahun ini. Penyakit ini beberapa hari kemudian dilaporkan telah menyebar ke beberapa negara Amerika Utara, Eropa dan Selandia Baru. Yang paling mencemaskan adalah karakteristik virus ini yang sangat mudah berubah (mutasi) dan kemampuan percampuran genetik dengan virus influenza lain yang lebih kontagius dan lebih patogen. Hal ini bisa memicu terjadinya pandemi influenza yang diperkirakan akan kembali menelan korban jutaan manusia.
Usaha pencegahan dan pengendalian telah dilakukan oleh semua negara dengan melakukan pengetatan biosekuriti terhadap pergerakan ternak dan turunannya serta pergerakan manusia.
Munculnya penyakit baru yang ada saat ini menunjukkan kerusakan alam yang semakin parah sehingga memicu munculnya penyakit yang sulit dikendalikan dan memiliki kemampuan yang lebih baik. Untuk itu stop kerusakan alam, ingatlah Allah yang telah menciptakan alam ini dalam keseimbangan. Hindari ketamakan terhadap dunia yang tanpa batas.